Jumat, 05 September 2014

Makalah tentang Landasan Historis Pendidikan (Oleh Vina Kania, FKIP Geografi Unsil)


Makalah Landasan Pendidikan
Landasan Historis Pendidikan Indonesia
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Landasan Pendidikan
Dosen : H. Adang Danial M. Kes


Disusun Oleh :
Vina Kania
(132170005)


Kelas I-A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA
2014




KATA PENGANTAR

         Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah  ini dengan judul “Landasan Historis Pendidikan di Indonesia“. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Landasan Pendidikan.
        Dalam menyusun makalah ini kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1.      Allah SWT yang telah memberikan kami nikmat sehat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa kendala apapun.
2.      Kedua orang tua kami yang senantiasa memberi dukungan baik secara moril maupun materil selama proses pembuatan makalah ini.
3.      Dosen terbaik kami yakni Bapak H. Adang Danial, M.Kes yang telah banyak meluangkan waktu guna memberikan arahan  kepada kami terutama dalam mata kuliah Landasan Pendidikan.
4.      Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Geogafi Universitas Siliwangi angkatan 2013 yang selalu memberikan dukungan dan saran serta berbagi ilmu pengetahuan demi tersusunnya makalah ini.

Akhir kata, kami menyadari “tak ada gading yang tak retak” juga makalah ini tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat, bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Tasikmalaya, 27 Sepetember 2013


        Penyusun

Daftar Isi

Kata Pengantar .....................................................................................................................       i
Daftar Isi ...............................................................................................................................       ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang ......................................................................................................       1   
1.2  Rumusan masalah .................................................................................................       1
1.3  Maksud dan tujuan penulisan ...............................................................................       2
BAB II PEMBAHASAN
           2.1 Pendidikan pada zaman purba sampai zaman Belanda ........................................       3   
2.2 Pendidikan yang diselenggarakan kaum pergerakan kebangsaan ........................       5
2.3 Pendidikan pada zaman Jepang ...........................................................................       6
2.4 Pendidikan Indonesia periode tahun 1945-1969 .................................................       7
BAB III PENUTUP
3.1  Kesimpulan ...........................................................................................................       9
Daftar Pustaka ......................................................................................................................       10





BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Sejarah atau historis adalah suatu keadaan atau kejadian pada masa lampau dimana adanya peristiwa yang menjadi sebuah acuan untuk mengembangkan suatu kegiatan atau kebijakan pada saat ini. Mempelajari sejarah sangatlah penting karena dengan mempelajari sejarah manusia memperoleh banyak informasi dan manfaat sehingga menjadi lebih arif dan bijaksana dalam menentukan sebuah kebijakan. Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik, moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya.
Sedangkan pendidikan adalah sebuah proses yang arif, terencana dan berkesinambungan guna mendorong atau memotivasi peserta didik dalam mengembangkan  potensi anak.  Pendidikan juga sebagai usaha sadar yang sistematis selalu bertolak dari sejumlah landasan. Dalam hal ini landasan historis pendidikan di indonesia  akan memberikan arah atau kebijakan  terhadap pembentukan manusia di Indonesia.
1.2  Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi landasan historis Pendidikan Nasional Indonesia ?
2. Apa implikasi konsep pendidikan yang bersumber dari landasan historis ini ?
3. Bagaimana perbandingan konsep pendidikan dari zaman ke zaman ?
1.3  Maksud dan Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita mengetahui konsep, system, kemajuan dan kemunduran pendidikan di Indonesia dari zaman purbakala hingga zaman modern saat ini.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendidikan Pada Zaman Purba Sampai Zaman Belanda
Pendidikan pada jaman Purba, kalau kita lihat sungguh sederhana dan unik. Menurut saya adalah tujuan dari pendidikan itu sendiri, pada jaman purba didominasi oleh peranan seorang ayah pada anak lelakinya dengan menurunkan kepandaian dan pengetahuan pada anaknya. Adapun pengetahuan yang diturunkan biasanya pengetahuan praktis seperti berburu, menangkap ikan dan memanjat pohon. Sedangkan ibu punya tugas mendidik anak perempuannya seperti memasak dan memelihara anak-anaknya. Jadi konsep pendidikan jaman purba adalah konsep pendidikan keluarga. Selain ayah dan dan ibu, pada jaman purba juga ada yang dianggap guru.
1.      Empu, ia seorang yang dianggap punya pengetahuan dan kelebihan dalam bidang kerohanian maupun etika.
2.      Pandai besi, pandai besi kala itu juga dianggap sebagai seorang yang punya kelebihan dan kekuatan. Maklum jaman itu senjata tajam adalah alat utama dalam peradaban kala itu untuk bercocok tanam, berperang atau mempertahankan diri dari serangan kelompok lain.
3.      Dukun, dukun pada jaman itu juga dianggap orang punya kelebihan dan sangat di segani dan dihormati segala nasihatnya sangat di taati.
Tujuan pendidikan secara umum pada jaman purba adalah membentuk seseorang agar menjadi seorang yang berjiwa ''gotong royong'' dan membentuk manusi agar mempunyai kecakapan dalam hal beretika, ilmu berburu dan menangkap ikan. Itulah sedikit gambaran mengenai pendidikan purba. Sangat sederhana, namun dari sanalah cikal bakal pendidikan di dunia modern.
Sejalan dengan penjajahan Belanda, VOC pada perkembangannya diperkuat dan dipersenjatai dan dijadikan benteng oleh Belanda yang akhirnya menjadi landasan untuk menguasai daerah di sekitarnya. Lambat laun kantor dagang itu beralih dari pusat komersial menjadi basis politik dan territorial. Setelah pecah perang kolonial di berbagai daerah di tanakh air, akhirnya Indonesia jatuh seluruhnya di bawah pemerintahan Belanda.
Pada tahun 1816 VOC ambruk dan pemerintahan dikendalikan oleh para Komisaris Jendral dari Inggris. Mereka harus memulai system pendidikan dari dasar kembali, karena pendidikan pada zaman VOC berakhir dengan kegagalan total. Ide-ide liberal aliran Ufklarung atau Enlightement, yang mana mengatakan bahwa pendidikan adalah alat untuk mencapai kemajuan ekonomi dan sosial, banyak mempengaruhi mereka.
Oleh karena itu, kurikulum sekolah mengalami perubahan radikal dengan masuknya ide-ide liberal tersebut yang bertujuan mengembangkan kemampuan intelektual, nilai-nilai rasional dan sosial. Pada awalnya kurikulum ini hanya diterapkan untuk anak-anak Belanda selama setengah abad ke-19.
Setelah tahun1848 dikeluarkan peraturan pemerintah yang menunjukkan bahwa pemerintah lambat laun menerima tanggung jawab yang lebih besar atas pendidikan anak-anak Indonesia sebagai hasil perdebatan di parlemen Belanda dan mencerminkan sikap liberal yang lebih menguntungkan rakyat Indonesia.
Pada tahun 1899 terbit sebuah atrikel oleh Van Deventer berjudul Hutang Kehormatan dalam majalah De Gids. Ia menganjurkan agar pemerintahnnya lebih memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia. Ekspresi ini kemudian dikenal dengan Politik Etis dan bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui irigasi, transmigrasi, reformasi, pendewasaan, perwakilan yang mana semua ini memerlukan peranan penting pendidikan. Di samping itu, Van Deventer juga mengembangkan pengajaran bahasa Belanda. Menurutnya, mereka yang menguasai Belanda secara kultural lebih maju dan dapat menjadi pelopor bagi yang lainnya.
Pada Awal Abad ke 20  masalah pendidikan mendapat perhatian yang besar oleh pemerintah belanda  hal itu berhubungan dengan dilaksanakan politik etis. Sekolah sekolah mulai banyak didirikan namun tetap pembangunan sekolah tidaklah seimbang dengan jumlah pendduduk. Didirikannya sekolah desa dan sekolah modern. Sistem pendidikannya masih menyangkut kepentingan belanda tujuannya pendidikan tersebut yaitu agar anak indonesia bisa dipekerjakan menjadi pegawai rendah.
Sejak dijalankannya Politik Etis ini tampak kemajuan yang lebih pesat dalam bidang pendidikan selama beberapa dekade. Secara umum, sistem pendidikan di Indonesia pada masa penjajahan Belanda sejak diterapkannya Politik Etis dapat digambarkan sebagai berikut:
1.      Pendidikan dasar meliputi jenis sekolah dengan pengantar Bahasa Belanda untuk anak Belanda (ELS), (HCS) Indonesia, dan (HIS) Cina. sekolah dengan pengantar bahasa daerah (IS, VS, VgS), dan sekolah peralihan.
2.      Pendidikan lanjutan yang meliputi pendidikan umum (MULO,HBS, AMS) dan pendidikan kejuruan.
2.2  Pendidikan Yang Diselenggarakan Kaum Pergerakan Kebangsaan
Sejak dijalankannya Politik Etis ini tampak kemajuan yang lebih pesat dalam bidang pendidikan selama beberapa dekade. Pendidikan yang berorientasi Barat ini meskipun masih bersifat terbatas untuk beberapa golongan saja, antara lain anak-anak Indonesia yang orang tuanya adalah pegawai pemerintah Belanda, telah menimbulkan elite intelektual baru.
Golongan baru inilah yang kemudian berjuang merintis kemerdekaan melalui pendidikan. Perjuangan yang masih bersifat kedaerahan berubah menjadi perjuangan bangsa sejak berdirinya Budi Utomo pada tahun 1908 dan semakin meningkat dengan lahirnya Sumpah Pemuda tahun 1928.
Setelah itu tokoh-tokoh pendidik lainnya adalah Mohammad Syafei dengan Indonesisch Nederlandse School-nya, Ki Hajar Dewantara dengan Taman Siswa-nya, dan Kyai Haji Ahmad Dahlan dengan Pendidikan Muhammadiyah-nya yang semuanya mendidik anak-anak agar bisa mandiri dengan jiwa merdeka (Pidarta, 2008: 125-33).
2.3  Pendidikan Pada Zaman Jepang
Perjuangan bangsa Indonesia dalam masa penjajahan Jepang tetap berlanjut sampai cita-cita untuk merdeka tercapai. Walaupun bangsa Jepang menguras habis-habisan kekayaan alam Indonesia, bangsa Indonesia tidak pantang menyerah dan terus mengobarkan semangat 45 di hati mereka.
Pada masa penjajahan Jepang kegiatan pendidikan dan pengajaran menurun akibatnya angka buta huruf meningkat. Oleh karena itu diadakanlah program  pemberantasan buta huruf yang di pelopori oleh Putera. Namun di bidang pendidikan, Jepang telah menghapus dualisme pendidikan dari penjajah Belanda dan menggantikannya dengan pendidikan yang sama bagi semua orang. Jepang menerapkan beberapa kebijakan terkait pendidikan yang memiliki implikasi luas terutama bagi sistem pendidikan di era kemerdekaan.
Hal-hal tersebut antara lain:
1.      Dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar pendidikan menggantikan Bahasa Belanda.
2.      Adanya integrasi sistem pendidikan dengan dihapuskannya sistem pendidikan berdasarkan kelas sosial di era penjajahan Belanda.
Sistem pendidikan pada masa pendudukan Jepang itu kemudian dapat diikhtisarkan sebagai berikut :
1.      Pendidikan atau Sekolah Rakyat
Lama studi 6 tahun. Termasuk SR adalah Sekolah Pertama yang merupakan konversi nama dari Sekolah dasar 3 atau 5 tahun bagi pribumi di masa Hindia Belanda.
2.      Pendidikan Lanjutan. Terdiri dari Shoto Chu Gakko (Sekolah Menengah Pertama) dengan lama studi 3 tahun dan Koto Chu Gakko (Sekolah Menengah Tinggi) juga dengan lama studi 3 tahun. Sekolah guru terdiri dari  sekolah guru 2 tahun, sekolah guru 3 tahun dan sekolah guru lama pendidikannya 6 tahun
2.4  Pendidikan Indonesia Periode tahun 1945-1969
Setelah Indonesia merdeka, perjuangan bangsa Indonesia tidak berhenti sampai di sini karena gangguan-gangguan dari para penjajah yang ingin kembali menguasai Indonesia datang silih berganti sehingga bidang pendidikan pada saat itu bukanlah prioritas utama karena konsentrasi bangsa Indonesia adalah bagaimana mempertahankan kemerdekaan yang sudah diraih dengan perjuangan yang amat berat.
Tujuan pendidikan belum dirumuskan dalam suatu undang-undang yang mengatur pendidikan. Sistem persekolahan di Indonesia yang telah dipersatukan oleh penjajah Jepang terus disempurnakan. Namun dalam pelaksanaannya belum tercapai sesuai dengan yang diharapkan bahkan banyak pendidikan di daerah-daerah tidak dapat dilaksanakan karena faktor keamanan para pelajarnya. Di samping itu, banyak pelajar yang ikut serta berjuang mempertahankan kemerdekaan sehingga tidak dapat bersekolah.
Setelah gangguan-gangguan itu mereda, pembangunan untuk mengisi kemerdekaan mulai digerakkan. Pembangunan dilaksanakan serentak di berbagai bidang, baik spiritual maupun material. Setelah diadakan konsolidasi yang intensif, system pendidikan Indonesia terdiri atas : Pendidikan Rendah, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan Tinggi.
Orde Baru dimulai setelah penumpasan G-30S PKI pada tahun 1965 dan ditandai oleh upaya melaksanakan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Haluan penyelenggaraan pendidikan dikoreksi dari penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh Orde Lama yaitu dengan menetapkan pendidikan agama menjadi mata pelajaran dari sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.
Menurut Orde Baru, pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam sekolah dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumahtangga, sekolah dan masyarakat.Pendidikan pada masa memungkinkan adanya penghayatan dan pengamalam Pancasila secara meluas di masyarakat, tidak hanya di dalam sekolah sebagai mata pelajaran di setiap jenjang pendidikan.
Namun demikian, dalam dunia pendidikan pada masa ini masih memiliki beberapa kesenjangan. Buchori dalam Pidarta (2008: 138-39) mengemukakan beberapa kesenjangan, yaitu :
1.      Kesenjangan okupasional (antara pendidikan dan dunia kerja),
2.      Kesenjangan akademik (pengetahuan yang diperoleh di sekolah kurang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari),
3.      Kesenjangan kultural (pendidikan masih banyak menekankan pada pengetahuan klasik dan humaniora yang tidak bersumber dari kemajuan ilmu dan teknologi), dan
4.      Kesenjangan temporal (kesenjangan antara wawasan yang dimiliki dengan wawasan dunia terkini).
Namun, keberhasilan pembangunan yang menonjol pada zaman ini adalah :
1.      Kesadaran beragama dan kenagsaan meningkat dengan pesat,
2.      Persatuan dan kesatuan bangsa tetap terkendali, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga meningkat.




BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Dari rangkaian masa dalam sejarah yang menjadi landasan historis kependidikan di Indonesia, kita dapat menyimpulkan bahwa masa-masa tersebut memiliki wawasan yang tidak jauh berbeda satu dengan yang lain. Mereka sama-sama menginginkan pendidikan bertujuan mengembangkan individu peserta didik, dalam arti memberi kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan potensi mereka secara alami dan seperti ada adanya, tidak perlu diarahkan untuk kepentingan kelompok tertentu. Sementara itu, pendidikan pada dasarnya hanya memberi bantuan dan layanan dengan menyiapkan segala sesuatunya. Sejarah juga menunjukkan betapa sulitnya perjuangan mengisi kemerdekaan dibandingkan dengan perjuangan mengusir penjajah.
Dengan demikian mereka berharap hasil pendidikan dapat berupa ilmuwan, innovator, orang yang peduli dengan lingkungan serta mampu memperbaikinya, dan meningkatkan peradaban manusia.
Hal ini dikarenakan pendidikan selalu dinamis mencari yang baru, memperbaiki dan memajukan diri, agar tidak ketinggalan jaman, dan selalu berusaha menyongsong zaman yang akan datang atau untuk dapat hidup dan bekerja senafas dengan semangat perubahan zaman.
Akhir kata, pendidikan mewariskan peradaban masa lampau sehingga peradaban masa lampau yang memiliki nilai-nilai luhur dapat dipertahankan dan diajarkan lalu digunakan generasi penerus dalam kehidupan mereka di masa sekarang. Dengan mewariskan dan menggunakan karya dan pengalaman masa lampau, pendidikan menjadi pengawal , perantara, dan pemelihara peradaban. Dengan demikian, pendidikan memungkinkan peradaban masa lampau diakui eksistensinya dan bukan merupakan “harta karun” yang tersia-siakan.

Daftar Pustaka
Anzizhan, Syafaruddin (2004). Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Buchori, Mochtar (1995). Transformasi Pendidikan. Jakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta Press.
Mudyahardjo, Redja (2008). Pengantar Pendidikan: Sebuah Studi Awal tentang Dasar-Dasar Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di indonesia. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Nasution, S. (2008). Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Pidarta, Made (2007). Landasan Pendidikan: Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.