Sabtu, 16 Mei 2015

Makalah Tujuh Unsur Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara



TUJUH UNSUR KEBUDAYAAN
PROVINSI SUMATERA UTARA

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Antropologi




Oleh,
Bio Silatul Arham
132170002
Vina Kania
132170005
Rizal Widiansyah
132170022




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2015

KATA PENGANTAR
         Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Tujuh Unsur Kebudayaan Provinsi Sumatera Utara. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi mata kuliah Antropologi.
        Dalam menyusun Makalah ini kami banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1.      Kedua orang tua kami yang senantiasa memberi dukungan baik secara moril maupun materil selama proses pembuatan makalah ini.
2.      Dosen mata kuliah Antropologi yakni Yani Sri Astuti M.Pd.
3.      Rekan-rekan mahasiswa Geografi yang senantiasa memberi dukungan dan koreksi satu sama lain.
Kami menyadari makalah ini tidak lepas dari kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini.                                                  


Tasikmalaya, 1 April 2015

        Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................          ii
DAFTAR ISI .............................................................................................          iii
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................          v
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.................................................................................          1
B.     Rumusan Masalah ...........................................................................          2
C.     Tujuan Makalah................................................................................          2
D.    Manfaat Makalah ............................................................................          2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Landasan Teoretis ...........................................................................          3
1.      Pengertian Kebudayaan ............................................................          3
2.      Unsur-unsur Kebudayaan ..........................................................          4
B.     Pembahasan .....................................................................................          4
1.      Sistem Kepercayaan atau Religi ...............................................          5
2.      Mata Pencaharian .....................................................................          6
3.      Sistem Peralatan Hidup atau Teknologi ...................................          6
4.      Sistem Organisasi Sosial ..........................................................          8
5.      Sistem Bahasa ..........................................................................          10
6.      Kesenian ...................................................................................          10
7.      Sistem Pengetahuan .................................................................          12

BAB III SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan .........................................................................................          13
B.     Saran ...............................................................................................          14
DAFTAR PUSTAKA


























DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bercocok Tanam di Sawah ·······································        6
Gambar 2.2 Berburu ·······························································        6
Gambar 2.3 Piso Surit ·····························································        7
Gambar 2.4 Kain Ulos ····························································        7
Gambar 2.5 Tari Baluse ···························································        12
Gambar 2.6 Tari Manduda ·······················································        12
Gambar 2.7 Tari Sekapur Sirih ··················································        12
Gambar 2.8 Tradisi Lompat Batu ···············································        12


















BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, artinya dalam hidupnya, manusia memerlukan kerjasama dengan orang lain. Sejak manusia lahir ke dunia mereka membutuhkan bantuan dan hubungan orang lain agar mereka dapat tetap hidup. Hal ini berbeda dengan beberapa makhluk lain yang diberikan kemampuan untuk terus hidup walaupun tanpa bantuan induknya. Manusia dalam hidup di masyarakat diharapkan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dapat dimanfaatkan dalam hidupnya, seperti memudahkan dalam mencari pekerjaan, berinteraksi dengan manusia lain, dan memiliki wawasan budaya lokal daerah setempat agar tidak punah. Dalam berinteraksi di masyarakat, manusia dipengaruhi oleh nilai, aturan/norma, budaya, serta kondisi geografisnya terhadap perubahan perilakunya.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Indonesia sendiri memiliki kebudayaan yang sangat beragam. Hal tersebut sangat terlihat dengan banyaknya suku bangsa yang mendiami negara ini. Setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai kebudayaan yang khas dan tidak dimiliki oleh suku bangsa lainnya.
Maka dari itu kami menyusun makalah tujuh unsur kebudayaan Provinsi Sumatera Utara untuk mendeskripsikan tujuh unsur kebudayaan yang ada di Provinsi ini, mengingat Provinsi Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang memiliki banyak suku bangsa di dalamnya.

B.     Rumusan Masalah
7 unsur kebudayaan yang terdapat di Provinsi Sumatera Utara yang diajabarkan rumusan masalahnya sebagai berikut:
1.      Apakah sistem mata pencaharian Provinsi Sumatera Utara?
2.      Apakah sistem peralatan teknologi Provinsi Sumatera Utara?
3.      Apakah bahasa Provinsi Sumatera Utara?
4.      Apakah kesenian yang terdapat pada Provinsi Sumatera Utara?
5.      Apakah sistem kekerabatan yang ada pada Provinsi Sumatera Utara?
6.      Apakah sistem kepercayaan Provinsi Sumatera Utara?
7.      Apakah sistem pengetahuan Provinsi Sumatera Utara?
C.    Tujuan Makalah
1.      Untuk medeskripsikan sistem mata pencaharian Provinsi Sumatera Utara.
2.      Untuk medeskripsikan sistem peralatan teknologi Provinsi Sumatera Utara.
3.      Untuk medeskripsikan bahasa Provinsi Sumatera Utara.
4.      Untuk medeskripsikan kesenian yang terdapat pada Provinsi Sumatera Utara.
5.      Untuk medeskripsikan sistem kekerabatan yang ada pada Provinsi Sumatera Utara.
6.      Untuk medeskripsikan sistem kepercayaan Provinsi Sumatera Utara.
7.      Untuk medeskripsikan sistem pengetahuan Provinsi Sumatera Utara.
D.    Manfaat Makalah
1.      Secara teoretis, makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada semua pihak tentang tujuh unsur kebudayaan yang ada di Provinsi Sumatera Utara.
2.      Secara praktis, makalah ini diharapkan dapat memperluas wawasan pembaca mengenai kebudayaan Indonesia dan ikut berpartisipasi dalam melestarikannya.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Landasan Teoretis
1.      Pengertian Budaya dan Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata LatinColere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.
Nostrand (1989: 51) mendefinisikan budaya sebagai sikap dan kepercayaan, cara berpikir, berperilaku, dan mengingat bersama oleh anggota komunitas tersebut.
Richard brisling (1990: 11) Kebudayaan sebagai mengacu pada cita-cita bersama secara luas, nilai, pembentukan dan penggunaan kategori, asumsi tentang kehidupan, dan kegiatan goal-directed yang menjadi sadar tidak sadar diterima sebagai "benar" dan "benar" oleh orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota masyarakat.
Croydon (1973: 4) Budaya adalah suatu sistem pola terpadu, yang sebagian besar berada di bawah ambang batas kesadaran, namun semua yang mengatur perilaku manusia sepasti senar dimanipulasi dari kontrol boneka gerakannya.
Prof.Dr.Koentjoroningrat (1985: 180) Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.
Ki Hajar Dewantara Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

2.      Unsur-unsur Kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:
a.       Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
1)      alat-alat teknologi
2)      sistem ekonomi
3)      keluarga
4)      kekuasaan politik
b.      Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
1)      sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
2)      organisasi ekonomi
3)      alat-alat, dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
4)      organisasi kekuatan (politik)
c.       C. Kluckhohn mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara universal (universal categories of culture) yaitu:
1)      bahasa
2)      sistem pengetahuan
3)      sistem tekhnologi, dan peralatan
4)      sistem kesenian
5)      sistem mata pencarian hidup
6)      sistem religi
7)      sistem kekerabatan, dan organisasi kemasyarakatan
B.     Pembahasan
Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang ada di Pulau Sumatera. Ibu Kota Sumatera Utara adalah Medan. Dengan berbagai suku bangsa yang terdapat di Sumatera Utara, tentu kebudayaannya pun sangat beragam.

Suku bangsa yang ada di Sumatera Utara diantaranya :
1.         Suku Melayu : Pesisir Timur, terutama di Kabupaten Deli Serdang, Serdang Bedagai, dan Langkat
2.         Suku Batak Karo : Kabupaten Karo
3.         Suku Batak Toba : Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir
4.         Suku Batak Mandailing : Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Batubara, Kabupaten Padang Lawas
5.         Suku Batak Angkola : Kabupaten Tapanuli Selatan
6.         Suku Batak Simalungun : Kabupaten Simalungun
7.         Suku Batak Pakpak : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat
8.         Suku Nias : Pulau Nias
9.         Suku Minangkabau : Kota Medan, Kabupaten Asahan, Pesisir Barat (Natal, Sorkam, Sibolga, dan Barus)
10.     Suku Aceh : Kota Medan
11.     Suku Jawa : Pesisir Timur
12.     Suku Tionghoa : Perkotaan Pesisir Timur & Barat.
Unsur kebudayaan universal Suku-suku di Sumatera Utara merupakan unsur-unsur kebudayaan  terbesar yang  dijumpai dalam pergaulan hidup masyarakat daerah tersebut, terdapat 7 unsur pokok sebagai berikut :

1.      Sistem Kepercayaan atau Religi
a.       Islam: terutama dipeluk oleh suku Melayu, Pesisir, Minangkabau, Jawa, Aceh, Mandailing, Angkola, sebagian Karo, Simalungun dan Pakpak
b.      Kristen(Protestan dan Katolik): terutama dipeluk oleh suku Batak Toba, Karo, Simalungun, dan Nias
c.       Hindu: terutama dipeluk oleh suku Tamil di perkotaan
d.      Buddha: terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan
e.       Konghucu : terutama dipeluk oleh suku Peranakan di perkotaan
f.       Parmalim: dipeluk oleh sebagian suku Batak yang berpusat di Huta Tinggi
g.      Animisme: masih ada dipeluk oleh suku Batak, yaitu Pelebegu Parhabonaron dan kepercayaan sejenisnya.

2.      Mata Pencaharian
Mata pencaharian masyarakat Sumatera Utara kecuali yang tinggal di pesisir umumnya adalah bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Beternak juga salah satu mata pencaharian masyarakat Sumatera Utara, antara lain peternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam dan bebek. Mata pencaharian lainnya adalah membuat kerajinan misalnya menenun, menganyam, ukiran kayu, tembikar, dan lain-lain. Masyarakat Sumatera Utara juga berburu di hutan.
Gambar 2.1 Bercocok tanam di sawah
Gambar 2.2 Berburu

3.      Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi
Masyarakat Sumatera Utara telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani.
Suku Batak Sumatera Utara juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit (sejenis belati), piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang).
Gambar 2.3 Piso Surit
Gambar 2.4 Kain Ulos

Unsur teknologi lainnya yaitu kain ulos yang merupakan kain tenunan yang mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak. Misalnya : Ulos godang, Sibolang, Mangiring, Sitoluntuho, Ragi Hidup, Sadum, dan Ragi Hotang.Tempat berlindung Suku Batak berupa rumah adat yang disebut Jabu Parsakitan dan Jabu Bolon.
Orang Nias yang berkebudayaan megalitik sudah mengenal teknologi mengenai pertukangan logam sejak zaman prasejarah. Misalnya, pandai membuat jenis-jenis pedang dan golok perang yang disebut seno gari dan telogu. Orang Nias juga memiliki keahlian dan keterlampilan dalam seni membangun pemukiman, seni ukir, dan seni tari sangat khas. Keahlian orang Nias yang khas ini diwariskan secara turun temurun sehingga keasliannya masih dapat dipertakankan. Namun adanya pergeseran niali akibat pengaruh budaya luan membuat keakhlian khas yang dimiliki orang Nias tidak begitu berkembang terutama dalam seni membuat perkakas atau ornament-ornamen dalam keperluan rumah tangga.
Industri yang berkembang di Nias berupa kerajinan rumah seperti : kerajinan anyaman, topi, tikar, karung dan bagian-bagian ornament untuk bagian-bagian rumah. Industri lainnya berupa industri perkakas logam seperti pedang, tombak, golok dan cangkul.
Orang Suku Aceh di Sumatera Utara terkenal sebagai prajuri-prajurit tangguh penentang penjajah, dengan bersenjatakan rencong, ruduh (kelewang), keumeurah paneuk (bedil berlaras pendek), peudang (pedang), dan tameung (tameng). Senjata-senjata tersebut umumnya dibuat sendiri.

4.      Sistem Organisasi Sosial
a.        Perkawinan
Karena di Sumatera Utara terdapat beragam suku bangsa, maka tradisi dan adat istiadatnya pun berbeda-beda. Pada tradisi suku Batak dan mayoritas masyarakat Sumatera Barat lainnya seseorang hanya bisa menikah dengan orang Batak yang berbeda klan, sehingga dia harus mencari pasangan hidup dari marga lain. Apabila yang menikah adalah seseorang yang bukan dari suku Batak maka dia harus diadopsi oleh salah satu marga Batak (memberi marga). Akan tetapi perkawinan yang dianggap ideal adalah apabila seorang laki-laki mengambil salah satu puteri saudara laki-laki ibunya sebagai isteri. Sistem perkawian ini disebut asimetrik konobium.
Di Sumatera Utara bagian lainnya, syarat pernikahan di Nias adalah adanya emas kawin (bowo). Pada masa kini beberapa daerah terutama di Lahomi, Kecamatan Sirombu, Nias Barat jumlah emas kawin masih sangat besar, yakni paling sedikit 100 ekor babi. Pada masa lalu, orang laki-laki yang tidak dapat melunaskan emas kawin harus mengabdi dahulu kepada mertua sampai bisa melunaskan emas kawin tersebut.
b.      Kekerabatan
Di Sumatera Utara sistem kekerabatan kebanyakan ditarik berdasarkan prinsip patrilineal atau menurut garis keturunan laki-laki. Dalam masyarakat batak mengenal sistem marga atau pada suku Nias disebut mado.Marga adalah kelompok kekerabatan menurut garis keturunan ayah (patrilineal). Sistem kekerabatan patrilineal menentukan garis keturunan yang selalu dihubungkan dengan anak laki-laki. Seorang ayah merasa hidupnya lengkap jika ia telah memiliki anak laki-laki yang meneruskan marganya. Menurut buku “Leluhur Marga Marga Batak”, jumlah seluruh Marga Batak sebanyak  416. Contoh marga Batak : Nasution, Siregar, Simanjutak, Hutapea,Pohan, Siahaan dan Tampubolon.
Dalam sistem kekerabatan, bentuk kekerabatan yang terpenting adalah keluarga inti dengan prinsip keturunan bilateral. Adat menetap sesudah menikah bersifat matrilokal, yaitu tinggal di rumah orangtua istri selama beberapa waktu. Sedangkan anak merupakan tanggung jawab ayah sepenuhnya.
c.       Sistem Pelapisan Sosial
Pada masa lalu masyarakat Aceh mengenal beberapa lapisan sosial. Di antaranya ada empat golongan masyarakat, yaitu golongan Keluarga Sultan, Golongan Uleebalang, Golongan Ulama, dan Golongan Rakyat Biasa. Golongan keluarga sultan merupakan keturunan bekas sultan-sultan yang pernah berkuasa. Golongan uleebalang adalah orang-orang keturunan bawahan para sultan yang menguasai daerah-daerah kecil di bawah kerajaan.
Orang Nias memiliki strata social yang berlandaskan pandangan kosmik Sang Pengatur, Pencipta, dan Sang Pemelihara atau Penjaga. Pencipta diwakili oleh golongan masyarakat yang disebut Si Ulu, yaitu semacam kelompok elite bangsawan dan pemimpin komunitas. Sedangkan Pemelihara dan penjaga diwakili oleh golongan masyarakat yang disebut Sato. Lapisan masyarakat umum Sato, memiliki lapisan social yang didasarkan pada kemampuan intelektual, harta dan senioritas yaitu rakyat kebanyakan.
Lapisan budak dapat dibagimenjadi dua golongan yaitu Binu lapisan orang yang menjadi budak karena kalah perang atau diculik. Dan Sondrara Hare lapisan orang yang menjadi budak karena ditebus orang setelah dijatuhi hukuman mati. Dari kedua golongan budak tersebut, nasib golongan Binu adalah yang paling buruk karena dari lapisan Binu inilah dipilih calon untuk dijadikan kurban pada upacara pengurbanan manusia.

d.      Sistem Kemasyarakatan 
Bentuk kesatuan hidup setempat yang terkecil disebut gampong (kampung atau desa) yang dikepalai oleh seorang geucik atau kecik. Dalam setiap gampong ada sebuah meunasah (madrasah) yang dipimpin seorang imeum meunasah. Kumpulan dari beberapa gampong disebut mukim yang dipimpin oleh seorang uleebalang, yaitu para panglima yang berjasa kepada sultan. Kehidupan sosial dan keagamaan di setiap gampong dipimpin oleh pemuka-pemuka adat dan agama, seperti imeum meunasah, teungku khatib, tengku bile, dan tuha peut (penasehat adat).

5.      Sistem Bahasa
Pada umumnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah Bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan Bahasa Indonesia karena kedekatannya dengan Bahasa Melayuyang menjadi bahasa ibu masyarakat Deli. Pesisir timur seperi wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu dialek "o" begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Di Kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu dialek "e" yang sering juga disebut Bahasa Maya-maya. Mayarakat Jawa di daerah perkebunan, menuturkan Bahasa Jawa sebagai pengantar sehari-hari.
Di Medan, orang Tionghoa lazim menuturkan Bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia. Di pegunungan, masyarakat Batak menuturkan Bahasa Batak yang terbagi atas empat logat (Silindung-Samosir-Humbang-Toba). Bahasa Nias dituturkan di Kepulauan Nias oleh suku Nias. Sedangkan orang-orang di pesisir barat, seperti Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Natal menggunakan Bahasa Minangkabau.

6.      Kesenian
Provinsi Sumatera Utara beribu kota di Medan. Provinsi Sumatera Utara memiliki banyak kesenian tradisional, di antaranya adalah tari-tarian dan beberapa kesenian lainnya seperti kesenian lompat batu. Berikut ini beberapa keseniandaerah Sumatera Utara:
a.       Tari Baluse
Tari Baluse adalah tarian khas dari Suku Nias yang melambangkan kegagahan prajurit saat di medan perang. Tari baluse merupakan tari perang ala masyarakat Nias. Tarian ini berasal dari Nias Selatan. Sekarang ini, tari baluse biasanya digunakan untuk penyambutan tamu atau wisatawan.
b.      Tari Manduda
Tarian Manduda adalah tarian yang melambangkan perasaan suka cita saat sedang panen raya. Tari Manduda merupakan suatu bentuk tarian rakyat Simalungun yang bersuka ria di masa panen padi.
c.       Tari Sekapur Sirih
Sekapur Sirih adalah salah satu tari tradisional dari daerah Sumatera Utara. Tari Sekapur Sirih adalah tarian yang dikhususkan untuk menyambut tamu dengan penarinya para wanita yang membawa bunga untuk ditaburkan.
d.      Loncat batu
Kesenian Loncat Batu adalah salah satu kesenian tradisional daerah Sumatera Utara yang berasal dari pulau Nias. Mungkin kesenian meloncati batu yang merupakan upacara adat dari suku Nias lah yang paling terkenal dari beberapa kesenian daerah Sumatera Utara. Kesenian ini merupakan ajang keberanian para pemuda untuk meloncati batu yang ditumpuk tinggi.
Batu yang harus dilompati tingginya sekira 2 meter, berlebar 90 cm, dan panjangnya 60 cm. Dengan ancang-ancang lari yang tidak jauh, seorang pemuda Nias akan dengan tangkas melaju kencang lalu menginjak sebongkah batu untuk kemudian melenting ke udara melewati sebuah batu besar setinggi 2 meteran menyerupai benteng. Puncak bantu tidak boleh tersentuh dan sebuah pendaratan yang sempurna harus dituntaskan karena apabila tidak maka resikonya adalah cedera otot atau bahkan patah tulang.
Gambar 2.5 Tari Baluse
Gambar 2.6 Tari Manduda
Gambar 2.7 Tari Sekapur Sirih
Gambar 2.8  Tradisi Loncat Batu

7.      Sistem Pengetahuan
Masyarakat Sumatera Utara memiliki sistem pengetahuan yang mencangkup tentang fauna, flora, bagian tubuh manusia, gejala alam, dan waktu. Mereka mengetahui dan memiliki pengetahuan itu dari dukun dan orang tua adat. Pengetahuan yang dimiliki orang tertentu misalnya tentang alam gaib, filsafat, pengobatan, arsitektur, pemerintahan otonom, dll.

BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan
Berdasarkan uraian makalah di atas, maka kami mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Budaya atau kebudayaanberasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.
2.      Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
3.      Prof.Dr.Koentjoroningrat (1985: 180) Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.
4.      Tujuh unsur kebudayaan diantaranya bahasa, sistem pengetahuan, sistem tekhnologi dan peralatan, sistem kesenian, sistem mata pencarian hidup, sistem religi, sistem kekerabatan dan organisasi kemasyarakatan.
5.      Dilihat dari sistem religi, mayoritas masyarakat Sumatera Utara memeluk agama Islam. Selain itu terdapat agama Kristen, Hindu, Budha, Parmalim, Konguchu dan Animisme.
6.      Mata pencaharian di Sumatera Utara diantaranya sebagian besar bertani di sawah dan di ladang, beternak, membuat kerajinan dan berburu di hutan.
7.      Masyarakat Sumatera Utara telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya.

8.      Seperti cangkul, bajak, sabit dan lain-lain. Suku Batak Sumatera Utara juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit.Unsur teknologi lainnya yaitu kain ulos yang merupakan kain tenunan yang mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak.
9.      Di Sumatera Utara sistem kekerabatan kebanyakan ditarik berdasarkan prinsip patrilineal atau menurut garis keturunan laki-laki. Dalam masyarakat batak mengenal sistem marga atau pada suku Nias disebut mado.
10.  Pada umumnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah Bahasa Melayu dan bahasa Indonesia
11.  Provinsi Sumatera Utara beribu kota di Medan. Provinsi Sumatera Utara memiliki banyak kesenian tradisional, di antaranya adalah tari-tarian dan beberapa kesenian lainnya seperti kesenian lompat batu.
12.  Masyarakat Sumatera Utara memiliki sistem pengetahuan yang mencangkup tentang fauna, flora, bagian tubuh manusia, gejala alam, waktu, alam gaib, filsafat, pengobatan, arsitektur, pemerintahan otonom, dll.

B.     Saran
Dari uraian makalah di atas kita bisa melihat bahwa Provinsi Sumatera Utara memiliki unsur-unsur kebudayaan yang sangat beragam dan itu hanya di lihat dari salah satu provinsi di Indonesia. Jika kita melihat lagi secara keseluruhan yaitu 34 provinsi di Indonesia, maka keberagaman budayanya sudah tak akan terhitung lagi. Oleh karena itu masyarakat Indonesia dikatakan masyarakat multikultural.
Saran kami kepada semua pihak adalah agar menambah wawasan tentang keberagaman budaya di Indonesia dan tentunya harus disertai dengan menumbuhkan rasa cinta kita terhadap budaya Indonesia. Agar seiring dengan perkembangan jaman ini, budaya Indonesia tetap eksis dan jauh dari kata kepunahan.
























DAFTAR PUSTAKA

Supardi. (2011). Dasar-dasar Ilmu Sosial. Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Brata, Nugroho Trisnu. (2007). Antropologi untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Prasetya, Drs. Joko Tri, et al. (2004). Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Koentjaraningrat,  Prof,  DR. (2000). Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Horton, Paul B. dan Hunt, Chester L. (1984). Sociology. Western Michigan University: McGraw-Hill Inc.