Rabu, 08 Oktober 2014

Sejarah Manusia Purba di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu tempat ditemukannya fosil manusia purba. Ini artinya, Indonesia pada masanya pernah didiami oleh manusia purba. Kenyataan ini menjadikan Indonesia menjadi salah satu tempat penting bagi para ahli yang akan melakukan studi tentang manusia purba. Adapun tempat lain yang juga ditemukan fosil manusia purba yaitu Prancis, Jerman, Belgia, dan Cina.


Sejarah Manusia Purba di Indonesia
Faktor apakah yang membuat Indonesia menjadi tempat menarik untuk didiami oleh manusia purba? Kita tahu, kehidupan manusia purba masih sangat bergantung oleh alam. Jadi besar kemungkinan faktor utama yang menarik manusia purba untuk mendiami Indonesia adalah kesuburan tanahnya serta kekayaan akan faunanya. Sejak 10000 tahun yang lalu ras-ras manusia seperti yang kita kenal sekarang ada di Indonesia. Pada kala Holosin dikenal dua ras, yaitu ras Austromelanosoid dan ras mongoloid. Ras Austromelanosoid mempunyai ciri-ciri tubuh agak besar, tengkorak kecil, rahang kedepan, hidung lebar, alat pengunyah kuat. Ras mongoloid memiliki ciri-ciri tubuh lebih kecil, tengkorang sedang, muka lebar dan datar, hidung sedang. Temuan rangka manusia Pos Plestosin di pantai timur Sumatera Utara, gua-gua di Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara. Sisa-sisa manusia di langsa tamiang dan binjai menunjukkan ciri-ciri austromelanosoid.

Dengan melihat keadaan di Sumatera Timur dan membandingkan dengan keadaan di pantai selat Malaka, manusia ini memakan bintang laut, kerang laut, dan ikan, disamping beberapa hewan darat, seperti babi dan badak. Manusia ini juga telah mengenal api, mengubur mayat, dan upacara tertentu. Pada saat bersamaan di gua lawa, sampung, ponorogo, didapati manusia yang termasuk ras Austromelanosoid. Mereka hidup dari binatang buruan, seperti kerbau, rusa, dan gajah.

Di flores, yaitu liang toge, liang momer, dan liang panas didapatkan sisa-sisa manusia yang menunjukkan ciri-ciri Austromelanooid. Di liang toge, flores barat manusianya diperkirakan hidupnya secara meramu dan berburu. Dari data tersebut maka populasi di Indonesia di kala Pos Plestosin: Sumatera, Jawa, dan Nusa Tenggara didiami ras Austromelanosoid dengan sedikit unsur Mongoloid, tapi di Sulawesi selatan menunjukan ras mongoloid. Mungkin karena pengaruh mongoloid melalui Filipin – Kalimantan – Sulawesi.

Kehidupan praaksara di Indonesia dimulai sejak munculnya manusia purba. Berdasarkan banyaknya fosil purba yang ditemukan, menunjukkan bahwa Indonesia merupakan tempat yang menarik bagi manusia purba untuk ditempati. Oleh karena itu, Indonesia menjadi sangat penting bagi para ilmuan yang akan meniliti keadaan dan kehidupan manusia purba. Jenis-jenis manusia purba yang pernah hidup di Indonesia, meliputi Meganthropus Palaejavanicus, Pitchecanthropus Erectus, dan Homo.

1. Meganthropus Palaejavanicus
Ukuran fisik manusia purba jenis ini serba besar dan bentuknya tegap. Nama Meganthropus Palaejavanicus berasal dari empat kata yaitu, Mega, Anthropus, dan Javanicus. Jadi Meganthropus Palaejavanicus ialah Von Koenigswald di sangiran, Surakarta pada tahun 1941.

2. Pitchecanthropus Erectus
Manusia purba jenis Pitchecanthropus Erectus banyak ditemukan di Indonesia nama Pitchecanthropus Erectus berasal dari 3 kata yaitu, pithecos, Anthropus, dan Erectus. Jadi Pitchecanthropus Erectus berarti manusia kera yang berjalan tegak. Fosil Pitchecanthropus Erectus ditemukan di desa Trinil, ngawi, jawa timur pada tahun 1891 oleh Eugene Dubois. Pitchecanthropus Erectus diperkirakan hidup antara 1-1,5 juta tahun yang lalu. Fosil ini sejenis juga ditemukan di desa jetis, mojokerto di lembah sungai brantas pada tahun 1936 oleh Van Konigswald. Oleh karena temuan tersebut berupa fosil anak-anak, Weidenreich menamakannya Pitchecanthropus Erectus. Adapun van koningswald menamakannya Pithecanthropus Mojokertensis.

3. Homo
Hasil penelitian Van Koningswald menyimpulkan bahwa makhluk yang diberi nama homo ini memiliki tingkatan lebih tinggi dibanding Pitchecanthropus Erectus dan Meganthropus. Bahkan manusia purba jenis homo dapat dikatakan sebanding dengan manusia biasa. Di Indonesia ditemukan dua jenis fosil homo, yaitu Homo Soloensies dan Homo Wajakensis.

a. Homo soloensies
Nama Homo soloensies berarti manusia dari solo. Fosil ini ditemukan oleh Ter Haar dan Oppenorth di daerah Ngandongan, Lomba sungai bengawan solo antara tahun 1931-1934.

b. Homo Wajakensis
Nama Homo Wajakensis berarti manusia dari wajak. Fosil ini ditemukan oleh Eugene Dubois di desa wajak, tulungagung pada tahun 1889. Berdasarkan penelitian, antara jenis Pithecanthropus dan Homo memiliki beberapa perbedaan sebagai berikut.
Pitchecanthropus memiliki rumah tengkorak yang lebih kecil dibanding Homo, sehingga volume otaknya pun juga lebih kecil. Ruang tengkorak Pitchecanthropus kurang dari seribu cc, sedangkan ruang tengkorak homo sapiens lebih dari 1000 cc.
Tulang kening Pitchecanthropus lebih menonjol kedepan.
Pitchecanthropus tidak berdagu, sedangkan homo berdagu.
tulang rahang dan gigi Pitchecanthropus lebih besar dan kuat dari pada tulang rahang gigi homo