Rabu, 19 Agustus 2015

Makalah tentang Permainan Bola Kasti

BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Salah satu masalah pendidikan yang dihadapi Indonesia adalah mutu pendidikan. Sampai saat ini, mutu pendidikan Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan dengan negara maju dan berkembang lainnya. Rendahnya mutu pendidikan, berimplikasi pada rendahnya Sumber Daya Manusia (SDM) (Anik, 2010). Rendahnya SDM, mengakibatkan kurang kompetitifnya Bangsa Indonesia dalam menghadapi persaingan di era globalisasi. Menurut Degeng (dalam Anik 2010), manusia yang dapat ‘hidup’ di abad 21 adalah manusia yang kompetitif, cerdas, dan siap menghadapi perubahan. Oleh karena itu, dunia pendidikan mendapatkan sorotan tajam untuk menghasilkan SDM yang berkualitas.
Kualitas seseorang dalam hal ini peserta didik khususnya siswa Sekolah Dasar sangat dipengaruhi oleh proses pembelajaran yang diperoleh. Kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien menjadi hal yang penting untuk di aplikasikan. Pengaplikasian materi pelajaran oleh narasumber (guru) menuntut adanya penerimaan yang jelas oleh siswa. Tanpa ada respons atas stimulus yang diberikan, mustahil materi yang disampaikan dapat dipahani optimal oleh peserta didik. Senada dengan usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik (guru), pemerintah dalam hal ini telah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan mutu pendidikan sains di Indonesia. Usaha yang dilakukan berupa pengembangan model-model pembelajaran, pengembangan media pembelajaran, penataran bagi guru, penyediaan sarana-prasarana yang menunjang pembelajaran sains, dan pelatihan-pelatihan (Depdiknas, 2004; Ida, 2008; Anik 2010).
Pengembangan model pembelajaran, penggunaan media serta pelatihan yang dilakukan tentu membutuhkan suasana belajar yang baik. Trends International Mathematics and Sciences Study (TIMSS), lembaga yang mengukur hasil pendidikan di dunia, melaporkan bahwa kemampuan sains peserta didik SD Indonesia berada pada peringkat ke-32 dari 38 negara Nurhadi, et al., 2004 (dalam Anik, 2010). Laporan Programme For International Student Assessment (PISA) 2003, menunjukkan bahwa dari 41 negara yang disurvei, untuk bidang sains, Indonesia menempati peringkat ke-38 (Depdiknas, 2005:36; Anik, 2008). Hasil ini tentu bukan hal yang mengembirakan mengingat usaha optimal sudah dilakukan. Kekurang sempurnaan hasil ini, tidak menutup kemungkinan karena suasana belajar yang kurang mendukung sebagai salah satu bentuk penunjang proses belajar mengajar. Suasana belajar mencangkup keadaan ekstern (lingkungan) dan keadaan intern (fisik) pendidik dan peserta didik. Untuk tetap menjaga kestabilan kondisi tersebut, perlukan dilakukan beberapa kegiatan yang mampu menjaga bahkan meningkatkan kondisi tersebut. Kegiatan yang dimaksud adalah pendidikan mengenai usaha untuk tetap menjaga kebugaran jasmani. Hal ini penting dilaksnakan mengingat dengan kondisi fisik yang baik, tidak hanya pendidik tetapi juga para siswa akan dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk menghasilkan output berupa insan cerdas berkarakter guna kemajuan bangsa dan negara Indonesia. Dengan demikian mengajarkan pendidikan jasmani kepada peserta didik menjadi salah satu strategi dalam meningkatkan kondisi esensial belajar mengajar di dalam kelas.
Berdasarkan uraian diatas, diperlukan suatu bentuk realisasi nyata untuk dapat menunjang sekaligus meningkatkan kualitas belajar siswa. Bentuk usaha yang dimaksudkan dapat berupa pengoptimalan berbagai teori-teori dan praktik langsung terkait dengan pendidikan jasmani. Menyimak lebih dalam mengenai hal yang dipaparkan di atas, penulis bermaksud memberikan sebuah gagasan berupa pembuatan karya tulis (makalah) yang berjudul “Permainan Bola Kasti”. Karya tulis ini diharapkan mampu membeberikan tambahan informasi kepada pembaca khususnya mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan UNDIKSHA mengenai pendidikan jasmani terutama mengajarkan teknik permainan bola kasti dalam aplikasi pendidikan jasmani di SD nantinya.
1.2         Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diuraikan rumusan masalah sebagai berikut.
1.        Apakah yang dimaksud dengan permainan bola kasti?
2.        Bagaimanakah peraturan dalam permainan bola kasti?
3.        Bagaimanakah taktik dan takti dalam permainan bola kasti?
1.3         Tujuan Penulisan
Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka dapat diuraikan tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan karya tulis ini sebagai berikut.
1.        Mendeskripsikan pengertian permainan bola kasti.
2.        Mendeskripsikan peraturan dalam permainan bola kasti.
3.        Mendeskripsikan taktik dan taktik dalam permainan bola kasti.
1.4         Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari luaran karya tulis ini sebagai berikut.
1.        Bagi Mahasiswa
Mampu dipahaminya pengertian dan deskripsi mengenai permainan bola kasti, sehingga mampu menciptakan pemahaman yang lebih mendalam mengenai permainan bola kasti untuk anak SD.
2.        Bagi Penulis
Menambah pemahaman mengenai permainan bola kasti untuk dapat dilakukan implementasi dalam konteks belajar mengajar di bangku perkuliahan.
3.        Bagi Pembaca
Menambah wawasan baru mengenai permainan bola kasti dalam konteks pembelajaran siswa SD.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1     Permainan Kasti
Permainan kasti merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang sangat populer di Indonesia jauh sebelum zaman penjajahan Jepang. Bahkan pada zaman Belanda juga sudah dikenal masyarakat. Pada waktu itu permainan kasti sering dipertandingkan dalam kejuaraan antar sekolah, sehingga permainan ini sangat dikenal dan diajarkan di sekolah-sekolah dasar maupun menengah dan bahkan di masyarakat. Oleh karena itu, permainan kasti dikenal sebagai permainan tradisional. Pada acara nasional permainan ini pernah dipertandingkan, tetapi belakangan ini mulai kurang dikenal dan terpingirkanakibat muncul dan berkembangnya teknologi yang semakin menganaktirikan permainan tradisional.
Apabila kita perhatikan dari sifat permainan, ada yang berpendapat negatif, yaitu akan menjadikan anak dendam terhadap teman yang menjadi lawan mainnya. Ini mungkin saja terjadi bila di sekolah itu guru hanya memberikan permainan kasti tanpa mempertimbangkan aspek pendidikan jasmani, sehingga guru tidak melaksanakan pendidikan jasmani melalui permainan kasti.
2.2     Peraturan dalam Permainan Kasti
          Peraturan permainan kasti di Indonesia sebenarnya sudah disusun yang ada sekarang ini. Akan tetapi karena tidak ada induk organisasinya, maka peraturan kasti ini banyak dimodifikasi oleh daerah-daerah sehingga beberapa peraturan sedikit berbeda. Walaupun demikian peraturan permainan ini dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan permainan.
A.            Lapangan Kasti Dua Tiang Hinggap
Lapangan kasti berbentuk persegi panjang dengan luas ± 60 x 30 m (tidak mutlak). 5 m dari panjang lapangan digunakan untuk ruangan penjaga belakang, pemukul, pelambung, dan tempat pemain pemukul. Lapangan dilengkapi dengan tiang penyelamat dengan jarak 5 m dari garis pemukul dan garis samping. Sedangkan tiang hinggap ada 2 buah, masing-masing 10 m dari tiang lainnya, 10 m dari garis belakang dan 5 m dari garis samping.
Semua garis batas dinyatakan dengan kapur, tali, bilah, atau dengan cara menggali tanah tidak lebih dari 3 cm. Pada keempat sudut lapangan dan pertengahan garis samping dipasangkan bendera. Tinggi tiang bendera sekurang-kurangnya 1,5 m dari tanah. Dalam pertandingan, di luar garis (batas) harus ada tanah kosong dengan lebar sekurang-kurangnya 5 m, sedang untuk di luar garis sebelah kiri 10 m. Penonton harus berada di luar tanah kosong tersebut.
Bendera disiapkan untuk setiap sudut lapangan dan tanda tengah lapangan.Untuk tiang hinggap juga terdiri dari tiang yang diberi bendera yang tidak mudah tercabut sewaktu pelari memegangnya.
B.            Kayu Pemukul
Kayu pemukul terbuat dari kayu yang panjangnya 50 – 60 cm. Penampang bulat telor (oval), lebar tidak lebih dari 5 cm, dan tebal 3,5 cm. Panjang pegangannya antara 15 – 20 cm, tebal 3 cm, dan boleh dibalut. Kayu pemukul tidak boleh diganti dengan bahan logam atau benda lainnya. Setiap regu dibenarkan menggunakan kayu pemukulnya masing-masing, asal memenuhi syarat yang tersebut di atas.
C.            Bola
Bola yang digunakan adalah bola kasti, terbuat dan karet atau kulit, dengan ukuran lingkaran 19 – 20 cm, dan beratnya 70 – 80 gram. Bola yang terlalu tinggi pantulannya seperti bola tenis tidak baik untuk kasti. Yang terbaik adalah bola yang tidak terlalu kenyal dan tidak terlalu keras.
D.           Lama Bermain
Lama pertandingan kasti sekurang-kurangnya 2 x 20 menit dan selama-lamanya 30 menit, dan tidak terhitung waktu istirahat ± 10 menit.
E.            Regu
Setiap regu terdiri atas 12 orang pemain. Salah seorang ditunjuk menjadi (kapten) regu. Semua pemain memakai nomor dada yang tampak jelas. Sebelum pertandingan dimulai, kapten regu menyerahkan daftar nama pemain dengan nomor urutnya kepada wasit. Giliran memukul bola berdasarkan urutan nomornya. Selama pertandingan urutan nomornya tidak boleh diubah. Wasit membolehkan adanya penggantian seorang pemain.
F.            Wasit
Sama seperti permainan lainnya, wasit bertugas memimpin jalannya pertandingan. Ia harus memegang teguh aturan-aturan main dan menjaga agar aturan-aturan diikuti dengan seksama oleh pemain. Petunjuk dan keputusannya adalah mutlak harus ditaati.
Nilai-nilai dicatat oleh seorang penulis yang dibantu oleh seorang pembantu, di bawah pengawasan wasit. Penulis dan pembantunya berdiri di luar lapangan, dekat dengan batas antara ruang pemukul dan ruang bebas.
G.           Tempat Pemain
Sebelum pertandingan dimulai, diadakan undian oleh wasit untuk menentukan regu mana yang akan menjadi regu pemukul atau regu lapangan. Selain dengan cara mengundi, wasit juga dapat menentukan mana regu pemukul dan regu lapangan dengan suit.
1)             Regu Pemukul
Regu pemukul berkumpul dalam ruang bebas. Setelah dipanggil nomornya oleh penulis, pemukul mengambil tempat di dalam bujur sangkar tengah, dan siap untuk memukul. Pelempar pertama memulai permainan dengan melemparkan bola dari dalam ruangan lempar dan berusaha melemparkan bola sejauh mungkin dalam daerah lemparan dan tidak keluar dari lapangan, maka lemparan dianggap betul. Setelah melemparkan bola ia dapat lari ke tiang  2  bila ia sanggup, tetapi dapat pada tiang 1 sebagai penyelamat. Bila ia lari ke tiang 2 sebelum sampai ke tiang tersebut ia dilempar oleh regu penjaga dan tidak kena maka ia boleh kembali masuk ke ruang bebas dan ia memperoleh nilai 2 kalau itu hasil lemparannya sendiri dan nilai 1 bila lemparan temannya.Tetapi bila ia kena maka terjadi penggantian permainan tidak bebas, penjaga lapangan dapat nilai 1 bila ia berhasil menangkap bola lemparan dari pelempar. Pemain akan diganti dengan tidak bebas, kalau regu pelempar kena lemparan yang sah oleh salah seorang regu lapangan.
2)             Regu Lapangan
Anggota regu lapangan menempati tempatnya yang telah ditentukan sebelumnya oleh pemimpin regu. Mereka dibenarkan berdiri di mana saja di luar atau di dalam lapangan, dengan ketentuan:
a.             Tidak boleh berdiri di ruang bebas
b.             Tidak boleh ada pemain lain di dalam ruang pemukul, kecuali pelambung dan pembantunya,
c.             Jalan lurus dan ruang pemukul ke tiang pertolongan tidak boleh dirintang.
H.           Peringatan
Bila pemukul menunjuk suatu tempat lambungan bola, pelambung harus memenuhinya. Bila pemukul tidak menunjuk tempat lambungan, bola yang memenuhi syarat harus dipukul. Pemukul tidak boleh meminta lambungan bola di luar (melewati garis pukul) ruang pukul.
I.               Banyaknya Pukulan
Setiap anggota dari regu pemukul hanya berhak atas satu pukulan saja. Pembebas adalah pemain dan regu pemukul yang mendapat giliran memukul pada saat anggota regu lainnya sedang berdiri di dalam lingkaran tiang pertolongan atau tiang bebas. Ia mendapat hak memukul 3 kali.
J.              Mendapat Nilai
Seorang pemukul mendapat nilai 2, bila dapat lari dari ruang pemukul ke tiang bebas dan kembali ke ruang bebas dengan selamat, atas pukulannya sendiri. Jika perjalanan kembali ke ruang bebas dilakukan dalam 2 atau 3 bagian dan pukulannya betul, maka pelari akan mendapat nilai 1.
Setiap anggota regu lapangan akan mendapat nilai 1 bila dapat melakukan satu kali tangkap bola. Bila pada akhir pertandingan jumlah nilai kedua regu sama besar, maka regu yang mendapat nilai lari terbanyak yang dinyatakan menang.
K.            Meninggalkan  Ruang Bebas
Keluar dan ruang bebas dengan maksud akan turut bermain (ada dugaan akan terjadi pertukaran tidak bebas), tidak dibenarkan. Hukuman atas pelanggaran ini, dinyatakan “pertukaran bebas”.
L.             Bola Tangkap
Setiap bola yang terpukul dan dapat ditangkap oleh pemain lapangan sebelum mengenai tanah, dinyatakan sebagai bola tangkap, dan penangkap mendapat nilai 1.
M.           Pukulan Betul atau Salah
Pukulan dikatakan betul bila bola dipukul melewati garis pukul dan menyentuh tanah pada lapanganatau tidak keluar lapangan. Pelari tidak diperbolehkan lari ke tiang bebas, tetapi ia harus berhenti di tiang pertolongan sampai salah seorang temannya memukul bola.
N.            Melanjutkan Lari
Pelari yang dengan pukulan salah berada pada tiang pertolongan, ia dapat melanjutkan larinya bila ada giliran pukulan dari temannya. Ia boleh terus lari pada tempat yang dituju.
O.           Bola Mati
Bola dikatakan mati apabila: Bola sudah pada tangan pelambung, pukulan salah, bola hilang, dan terjadi pertukaran bebas.
P.            Bola dalam Permainan
Bola dalam permainan bila: Sehabis memukul, Sesudah pukulan luncas (salah) lalu bola dimainkan oleh regu lapangan, ada tanda dari wasit.
Q.           Bola hilang
Bola hilang kalau bola tidak dapat diambil regu lapangan, atau bola jauh ke daerah penonton, dan peluit wasit menentukannya.
R.            Bertukar Tempat Bebas Tidak Bebas
Apabila regu pemukul kena lemparan maka saat itu regu pemukul langsung menjadi regu lapangan, dengan segera ia dapat melempar lawannya yang berusaha untuk menyelamatkan dirinya ke ruang bebas serta tiang pertolongan. Pertukaran juga bisa terjadi bila regu pemukul memegang bola walaupun pada saat menerima bola yang akan dipukul. Begitu juga halnya bila pemain lapangan sudah masuk lebih dulu ke dalam ruangan bebas sebelum temanya melempar(lemparannya tidak sah), atau regu pemukul lebih dulu ke luar sebelum temannya akan dilempar.
S.             Pertukaran Bebas
Pertukaran bebas terjadi bila:
·           Regu lapangan memiliki 3 bola tangkap dalam satu babak
·           Pukulan pembebas tidak berhasil dan dibakar oleh regu lapangan
·           Pemukul ke luar ruang bebas tidak untuk memukul
·           Kayu pemukul lepas
·           Pelari yg tidak menyentuh tiang bebas masuk kembali ke ruang bebas.
2.3         Teknik dan Taktik Permainan Kasti
A.            Teknik Individu
Dalam keterampilan individu semuapermainan kecil yang menggunakan bola kecil hampir sama, hanya saja dalam permainan kasti dengan 2 tiang hinggap adalah dasar permainan untuk mempergunakan taktik bermain bagi individu, tetapi taktik ini juga sangat berhubungan dengan keterampilan dasar yang sudah dikuasainya, yang akan menimbulkan kepercayaan diri dalam melakukan suatu taktik, yaitu bagaimana menghindari lemparan regu lapangan sehingga sulit untuk dilempar. Adapun teknik perorangan permainan kasti secara umum:
1.        Teknik jalan dan lari.
2.        Teknik melempar.
3.        Teknik menangkap.
4.        Teknik melambungkan.
5.        Teknik memukul.
6.        Teknik mengelak (membungkuk, melompat, meliuk).
Teknik dan taktik dalam permainan kasti yang utama bagi regu pemukul adalah; sudah menguasai teknik memukul yang baik sehingga ia dapat mengarahkan bolanya kemanapun yang ia suka, yaitu dengan membentuk posisi kakinya dan mengarahkan bahu ketempat sasaran yang akan dituju. Mungkin bola akan dipukul kuat, pelan, dan mungkin hanya menyentuhkan pemukulnya sajapada bola dan kemudian ia akan melanjutkan dengan teknik berlari yang baik, apakah ia akan berlari berbelok-belok atau membungkuk atau juga melompat.
B.            Taktik Regu Lapangan
Taktik bagi regu lapangan adalah menjaga bola yang datang padanya dapat ditangkap dengan baik sehingga dapat menghasilkan satu nilai. Di samping teknik menangkap bola yang datang padanya sebagai kiriman dari temannya untuk dilanjutkan melempar pelari yang sedang berlari. Bagi mereka yang mempunyai keyakinan lemparannya tidak akan menghasilkan maka ia akan mengirim bola pada temannya, dan mereka akan mengepung lawannya. Jadi usaha regu penjaga adalah bagaimana agar regu pemukul dapat dilempar atau seluruh bola yang dipukulnya dapat ditangkap, dan dapat melempar regu pemukul.
2.4         Tujuan dan Manfaat Bermain Kasti
Tujuan dan manfaat bermain kasti bagi pendidikan jasmani antara lain:
1)        Melestarikan budaya olahraga tradisional bangsa kita.
2)        Dapat mengembangkan berbagai macam fungsi tubuh.
3)        Meningkatkan sikap sportivitas antar pemain atau teman.
4)        Meningkatkan pengetahuan peraturan permainan.
5)        Mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat dalam aktivitas yang terorganisasi.
6)        Dapat menjalin hubungan persahabatan dan kerjasama yang baik
7)        Belajar berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain.
8)        Memberikan saluran untuk mengekspresikan diri dan kreativitas.
9)        Mengembangkan kemampuan penggunaan strategi dan teknik yang terlibat dalam aktivitas suatu permainan.
10)    Mendapatkan olahraga yang murah meriah.


BAB III
PENUTUP
3.1     Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat ditarik simpulan-simpulan sebagai berikut.
1.        Permainan kasti dikenal sebagai permainan tradisional yang merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang sangat populer di Indonesia jauh sebelum zaman penjajahan Jepang dan sempat diadakan kejuaraan nasional yang akhir-akhir ini keberadaan sedikit berkurang.
2.        Pada awalnya peraturan bola kasti sudah diatur di Indonesia, akan tetapi karena tidak ada induk organisasinya, maka peraturan kasti ini banyak dimodifikasi oleh daerah-daerah sehingga beberapa peraturan sedikit berbeda.
3.        Untuk dapat melaksanakan permainan bola kasti dengan baik diperlukan taktik dan teknik individu dan regu penjaga lapangan (kelompok).
3.2     Saran
          Permainan kasti ini ada yang berpendapat agak negatif, salah satunya yaitu akan menjadikan anak dendam terhadap temanyang menjadi lawan mainnya. Ini mungkin saja terjadi bila di sekolah itu guru hanya memberikan permainan kasti tanpa mempertimbangkan aspek pendidikan jasmani, sehingga guru tidak melaksanakan pendidikan jasmani melalui permainan kasti.


DAFTAR PUSTAKA
Anik, dkk. 2010.  Pengaruh Model Pembelajaran Kuantum dan Seting Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Sains Siswa Kelas V SD. Singaraja: Tidak diterbitkan.
Anonim. 2011. Permainan Bola Kasti. Tersedia pada. tugas2kuliah.wordpress. com/2011/12/16/makalah-keolahragaan-permainan-bola-kasti/ diunduh tanggal 16 Maret 2013.
Anonim. 2011. Bola Kasti
http://ajiezaenulamry.blogspot.com/2015/08/makalah-tentang-permainan-bola-kasti.html